“Merenungkan kembali kejayaan Islam” itulah tema yang diusung dalam Seminar Keagamaan yang diselenggarakan oleh OPPI Bagian Ta’lim dan Ta’mir. Hari Rabu yang bertepatan dengan 1 Muharram (19/07/2023), Seminar Keagamaan diadakan dalam rangka memperingati tahun baru Islam 1445 H sekaligus sebagai kegiatan pengisi hari libur siswa-siswi MA Al-Ishlah.
Acara dimulai pada pukul 08.36. Mundur satu jam dari waktu yang sudah ditentukan. Sebelum penyampaian materi, seminar diawali dengan perbincangan antara Faishal Muflih dan Fahri Jundi Daula (siswa-siswa kelas XII Aliyah) mengenai kemunduran umat Islam masa kini di tengah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, Dr. Sholikhul Huda, M.Fil.I, wakil PWMU Jawa Timur, mulai menyampaikan materi. Mulai dari wasiat mengenai syarat-syarat menuntut ilmu, faktor-faktor kejayaan dan kemunduran Islam, serta beberapa kiat yang dapat dilakukan generasi Islam, terutama pelajar sebagai usaha mengembalikan kejayaan Islam.
Tema tersebut dianggap penting sebab kejayaan Islam perlu direnungkan agar nantinya dapat menjadi motivasi generasi penerus untuk menumbuhkan kembali semangat masa kejayaan Islam. Dan kemudian menjadi bekal untuk mewujudkan kembali masa kejayaan dahulu.
Banyak pesan yang bisa didapat dari Seminar Keagamaan pagi ini. Salah satunya mengenai syarat-syarat menuntut ilmu yang diambil dari sebuah mahfuzhat yang cukup masyhur, “Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
Bapak Solikhul Huda mengatakan bahwasanya salah satu alasan kemunduran umat Muslim pada era ini adalah tidak mengamalkan isi mahfuzhat tersebut. Banyak orang Muslim yang meremehkan atau cenderung mulai meninggalkan adab-adab dalam mencari ilmu. Sehingga dengan kondisi tersebut, tentunya akan berpengaruh terhadap kemajuan Islam ke depannya.
Kejayaan umat muslim zaman dahulu juga dipengaruhi oleh persatuan yang kuat, antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Rasa persatuan yang tinggi itulah yang sekarang agak sulit ditemukan pada antar kelompok masyarakat. Sedangkan, kelompok masyarakat pada saat ini, lebih melihat sisi perbedaan pendapat satu sama lain, tanpa melihat sisi persamaan terlebih dahulu. Sehingga dengan perbedaan-perbedaan tersebut membuat para umat muslim menjadi mudah terpecah-belah.
Di akhir ceramahnya, Bapak Sholikhul Huda berpesan, “Kemajuan umat muslim pada saat ini bisa ditunjang dua hal. Pertama, keseimbangan seseorang terhadap ilmu agama dan ilmu umum. Dan yang kedua, faktor internal dan eksternal mengenai agama Islam yang saling mendukung satu sama lain.”
Sesi penyampaian materi dilanjut dengan sesi tanya-jawab. Kesempatan bertanya diberikan secara berurutan, dimulai dari kelas VII SMP putra sampai kelas XII Aliyah putri. Seluruh tingkatan siswa-siswi aktif bertanya dan sangat antusias. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rosikh El Abid, siswa kelas XI Aliyah, “Meskipun seminar diundur selama 1 jam lebih, tetapi isi dari materi yang disampaikan oleh Pak Sholikhul Huda sangatlah menarik. Buktinya anak-anak baru saja berani maju untuk menjawab pertanyaan beliau,” pungkasnya.
Reporter: M. Rifqi Al-Hanif & Revoluna Zyde Khaidir
Editor: Ega MN
0 Comments