Sekelompok siswa berbaris berjejer menggunakan baju batik biru. Terdapat banner, tv besar dan beberapa orang berjas hitam. Mereka akan membawa pada pulau pemikiran untuk beberapa menit ke depan.
M. Dafa Nazif selaku pemateri pertama akan membawa para siswa menyelami pola hidup sehat ala Nabi. Sedangkan Enha Dzakir Akbar selaku pemateri kedua akan mendorong para siswa untuk mengenal Allah dengan Matematika.
Dalam menjalani hidup sehat, nabi menganjurkan umatnya untuk menjaga pola makan yang seimbang.
“Kebiasaan makan dan minum Rasulullah dapat kita teladani melalui QS. Al-Baqarah ayat 168. Kita diarahkan untuk memakan makanan yang halal dan baik. Larangan keras untuk kita makan secara berlebihan karena hal itu seperti mengikuti langkah-langkah setan”, jelasnya dalam membuka pidato.
Pola hidup selanjutnya adalah tata cara buang air kecil. “Rasulullah menganjurkan untuk buang air kecil sambil duduk, dan ini berdasarkan suatu hadits”, tambahnya.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan pola hidup lainnya adalah pola tidur. “Rasullah tidak menyukai orang yang tidur sebelum isya’ dan berbincang-bincang (begadang) setelahnya”, tandasnya.
Lalu ada juga pola hidup sehat yang bisa diterapkan adalah membaca doa ketika mendengar bersin dan menahan untuk menguap.
Di sisi lain, Enha Dzakir Akbar mengajak teman-teman untuk mengenal Allah dengan matematika.
Enha, sapaan akrabnya membahas tema ini dari dua sudut yaitu sudut eksistensi Allah dari segi Geometri dan Eksistensi Allah dari segi matematika.
“Keberadaan Allah tidaklah sama dengan keberadaan benda-benda yang ada di dunia ini. Seperti segitiga dan persegi memiliki batas oleh sisi-sisi yang menjadi ciri khas masing-masing. Sedangkan Allah tidak ada batas-batas seperti itu”, jelasnya.
Dari sisi-sisi tersebut membuat manusia dapat melihatnya. Sehingga agama, budaya, politik dan sejenusnya menjadi penegak dari aspek-aspek tersebut. Sedangkan Allah tidak ada batasnya dan batasannya.
Adapun dari segi matematika, ia mengenalkan Allah melalui ayat pertama surah Al-Ikhlas bahwa Allah itu satu. Ia berargumen bahwa angka satu midah diterima banyak orang.
“Menurut Said Husein bahwa angka satu itu mudah diterima oleh orang lain dan jumlah yang terus ada dari awal hingga akhir jumlah angka”, jelasnya.
Terlepas dari perbedaan satu dan esa bahwa satu itu dapat untuk menghitung jumlah angka yang ada sehingga dapat menjelaskan sifat Allah yang Esa yang berbentuk angka. Misal satu yang tidak ada duanya adalah Allah”, tandasnya.
Ia menarik kesimpulan dari pembahasanya bahwa hendaknya menggali ilmu dunia dan akhirat untuk mengetahui kebesaran dan kehebatan Allah.
“Akhirnya ilmu dunia dan akhirat hanyalah milik Allah. Segala sesuatunya Allah sudah atur, maka sebagai hambanya dianjurkan terus menggali ilmunya supaya mengetahui kebesaran dan kehebatannya”, tutupnya.
Reporter: Faiq El Meida | M. Afiruddin
0 Comments