Mudzakarah: Diskusi Eksistensi Tuhan dan Macam-Macam Nafsu dalam Al-Qur’an

Bagikan

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

Mudzakarah kembali berlanjut setelah sebelumnya membahas ilmu alam dan toleransi dalam Al-Qur’an, kini tema yang dibahas adalah Memahami Eksistensi Tuhan dan Macam-macam Nafsu dalam Al-Qur’an pada Senin (20/2/2023) di aula Ponpes Al-Ishlah.

 

Ahmad Runaldi Mesi Widodo sebagai pembicara pertama tentang Memahami Eksistensi Tuhan mengungkapkan bahwa ketiadaan Tuhan adalah hasil dari pemikiran beberapa tokoh.

 

“Agama ada karena untuk mengatur manusia, seiring berjalannya waktu bangsa barat justru mengingkarinya. Sehingga Tuhan yang ada dalam agama hanya ada ketika dipikirkan”, ungkapnya.

 

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa adanya Tuhan tidak hanya dibuktikan lewat pikiran tetapi eksistensi Tuhan telah terbukti dalam Al-Qur’an.

 

“Bukti adanya Tuhan dapat kita temui dalam QS. Al-An’am ayat 75-78. Di mana pada ayat tersebut menurut kitab tafsir Misbah karya Prof. Quraish Shihab, eksisteni Tuhan dapat diketahui melalui cerita perjalanan Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Awalnya Nabi Ibrahim menganggap bintang, bulan dan matahari sebagai Tuhannya, namun hal itu salah ketika ada dzat yang lebih besar dari itu”, jelasnya yang juga duduk di bangku kelas XI IPA 2.

 

Dengan demikian, ia menyimpulkan bahwa Tuhan itu ada dan dapat dibuktikan, tidak hanya melalui pikiran saja.

 

“Dalam konteks ini, pengaturan penciptaan dari yang terkecil seperti proton, neutron dan elektron bahkan hingga atom ada yang menciptakan yaitu Tuhan. Sehingga pemikiran tentang ketiadaan Tuhan dalam pikiran salah besar”, tutupnya.

 

Sementara, Abdul Halim Satria, pembicara tentang Macam-macam nafsu dalam Al-Qur’an mengungkapkan bahwa nafsu itu ada 3 macam.
“Ada 3 macam nafsu dalam Al-Qur’an, antara lain pertama nafsu amarah yaitu nafsu yang cenderung pada keburukan (QS. Yusuf ayat 53), kedua nafsu lawwamah yaitu nafsu yang masih memiliki celah kepada kebaikan maupun keburukan (QS. Al-Qiyamah ayat 2) dan ketiga nafsu muthmainnah yaitu nafsu yang cenderung kepada kebaikan (QS. Al-Fajr ayat 27-28)”, jelasnya saat presentasi.

 

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa nafsu-nafsu tersebut memiliki kaitan dengan akal dan hati.

 

“Adapun nafsu-nafsu tersebut memiliki kaitan. Pertama adalah kaitan nafsu dengan akal seperti termaktub dalam QS. As-Syam ayat 9-10 dan kedua kaitan nafsu dengan hati yang termaktub dalam QS. Al-Muthafifin ayat 14”, tambahnya yang juga duduk di kelas XI Keagamaan 1.

 

Akhir kata, ia mengungkapkan keberuntungan bagi yang menjaga akal dan hatinya terhadap nafsu.

 

“Beruntunglah bagi yang menjaga akal dan hati mereka terhadap nafsu seperti kita menjaga keseringan makan manis dan menggantinya dengan makan asam atau asin”, tutupnya.

 

Reporter: Muhammad Afiruddin

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *